BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap
manusia, dan memiliki peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, pemerintah beserta unsur-unsur yang berkompoten di dalamnya
harus benar-benar memperbaiki perkembangan serta kemajuan pendidikan di
Indonesia. Dalam upaya pengembangan
pendidikan tersebut pemerintah mengeluarkan Kurikulum
Nasional 2006 yang
mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pengembangan
kurikulum ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki
sistem pendidikan nasional dalam konteks untuk mewujudkan masyarakat yang mampu
bersaing dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang masih dan akan
terus berlangsung. Implikasinya, sejalan dengan adanya usaha penyempurnaan
kurikulum tersebut, paradigma pembelajaran matematika pun perlu diperbaiki
supaya lebih bermakna dan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
1
|
Jenning dan Dunne (abdullah,2008) mengatakan
bahwa, pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika
ke dalam situasi kehidupan real. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika
bagi siswa adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam
pembelajaran di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki oleh
siswa-siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan
mengkonstruksikan sendiri ide-ide matematika, sehingga anak cepat lupa dan tidak
dapat mengaplikasikan matematika.
Sebagai tenaga pengajar/pendidik yang secara
langsung terlibat dalam proses belajar mengajar, maka guru memegang peranan
penting dalam menentukan peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar
yang akan dicapai siswanya. Salah satu kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh
pendidik dalam hal ini adalah bagaimana mengajarkan matematika dengan baik agar
tujuan pengajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Dalam hal ini penguasaan
materi dan cara pemilihan pendekatan atau teknik pembelajaran yang sesuai
dengan menentukan tercapainya tujuan pengajaran. Demikian juga halnya dengan
proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, perlu disusun suatu
strategi agar tujuan itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang
cocok, model yang tepat dan
jitu, tidak mungkin tujuan dapat tercapai (Abdullah,2008).
Karena pentingnya peranan matematika dan peranan guru, berbagai usaha telah dilakukan kearah
peningkatan hasil belajar dalam proses belajar matematika. Salah satunya adalah
dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran matematika. Namun sampai
saat ini masih banyak keluhan dari berbagai pihak tentang rendahnya kualitas
pendidikan pada umumnya dan pendidikan matematika pada khususnya.
Berbagai model pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
pada umumnya untuk membantu siswa agar mampu memahami dan mengerti apa yang dipelajarinya. Sebagai
upaya meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu model pembelajaran yang menjadi alternatif adalah dengan
menggunakan atau menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar
dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu
untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
Terdapat beberapa penelitian yang
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang hasilnya menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat baik diterapkan di kelas.
Dari hasil yang di dapatkan pada tahun pelajaran
2009/2010 bahwa nilai matematika peserta didik kelas V SD masih dibawa KKM yang
telah ditentukan, ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas tes awal yaitu
59,60. Karena metode dan teknik yang digunakan cenderung mototon kepada murid,
dimana guru aktif menyampaikan informasi dan murid pasif menerima. Kesempatan
bagi murid untuk melakukan refleksi melalui interaksi antara murid dengan
murid, dan murid dengan guru kurang dikembangkan. Dengan pembelajaran tersebut
murid tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan
menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah, tetapi mereka menjadi sangat
tergantung pada guru, tidak terbiasa melihat alternatif lain yang mungkin dapat
dipakai menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien. Diduga salah satu faktor yang menyebabkan
kondisi tersebut adalah kurang tepatnya model pembelajaran
yang digunakan oleh guru.
Beranjak dari latar belakang diatas, maka penulis
mengadakan penelitian untuk melihat sejauh mana hasil belajar siswa melalui model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan menggunakan model pembelajaran ini,
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika khususnya pada
materi penjumlahan pecahan.
B. Permasalahan
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
sebuah masalah sebagai berikut :”Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pada materi penjumlahan pecahan siswa kelas V SD Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa.”
2. Pemecahan Masalah
Agar sasaran penelitian ini dapat tercapai, maka dalam mengatasi permasalahan
yang telah dikemukakan di atas, perlu dilakukan suatu proses tindakan dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD
Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sejauhmana peningkatan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan
pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas V
SD Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten Gowa.
D. Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagi siswa : Hasil belajar siswa meningkat khususnya pada
materi penjuumlahan pecahan karena menjadikan matematika sebagai aktivitas sehari-hari dan
tidak lagi dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan.
2.
Bagi guru : Sebagai masukan, strategi
dan solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3.
Bagi sekolah : Sebagai bahan pertimbangan agar model pembelajaran ini
diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas pada semua bidang studi, mengingat model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sejalan dengan KTSP
E. Defenisi operasional
Hasil
belajar matematika adalah suatu hasil yang dicapai oleh siswa setelah
mempelajari matematika dalam kurun waktu tertentu, yang diukur dengan
menggunakan alat evaluasi tertentu (tes). Pembelajaran kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Division)
adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antara siswa. Siswa
dibagi kedalam beberapa kelompok secara heterogen.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling
kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif
kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan
pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental
yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara
individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu
tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk
kooperatif.
Model
Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di
samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan
keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul
dalarn membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Para pengembang model
ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda
sebenarnya tidak menyukai siswa siswa yang ingin menonjol secara akademis.
Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini rnelalui
penggunaan pembelajaran kooperatif.
Di samping
mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif
dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas
kerja bersama menyelesaikan tugas tugas akademik, siswa kelompok atas akan
menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari
teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses
tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemapuan akademiknya karena
memberi pelayanan sebagai tutor rnembutuhkan pemikiran lebih dalam tentang
hubungan ide ide yang terdapat di dalam materi tertentu.
Tujuan penting
lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk rnengajarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk
dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar
dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana
masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan
orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan
dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan
tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada sa at
diminta untuk bekeda dalarn situasi kooperatif.
Dalam pembelajaran
kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus
mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan,
kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengian mengembangkan
komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan
membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
Menurut Lundgren (Sukarmin, 2002:2),
Unsur-unsur dasar yang
perlu ditanamkan pada diri siswa agar cooperative learning
lebih
efektif
adalah sebagai berikut :
a. Para siswa harus memiliki
persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”
b. Para siswa memiliki tanggung
jawab terhadap tiap siswa lain dalam,
disamping tanggung jawab terhadap
diri sendiri.
c. Para siswa harus berpandangan
bahwa mereka semuanya memiliki
tujuan yang sama.
d. Para siswa harus membagi tugas
dan berbagi tanggung jawab sama
besarnya diantara anggota kelompok.
e. Para siswa akan diberikan
suatu evaluasi atau penghargaan yang akan
ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh
anggota kelompok.
f. Para siswa berbagi
kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Para siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Sementara itu, menurut Nur (2001:
3) pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok
secara kooperatif umtuk menuntaskan
materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa
yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota
kelompok berasal dari ras, bangsa, suku,
dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi
kepada kelompok daripada individu.
3. Model Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif
Tipe STAD (Student Teams Achievement
Division) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama
antara siswa. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok secara heterogen.
Berikut ini model pembelajaran yang dapat
mewakili model-model
cooperative learning :
a. Student teams achievement division (STAD)
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang.
2) Guru menyajikan materi pelajaran.
3) Guru memberi tugas
untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada
anggota kelompok.
4) Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis
dengan tidak saling membantu.
5) Guru memberikan
kesimpulan
Keterampilan
keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut ( Lundgren, 1994)
1.
Keterampilan kooperatif tingkat awal
Meliputi: (a) menggunakan
kesepakatan; (b) menghargai kontribusi; (c) mengambil giliran dan berbagi
tugas; (d) berada dalam kelompok; (e) berada dalam tugas; (f) mendorong
partisipasi; (g) mengundang orang lain untuk berbicara; (h) menyelesaikan tugas
pada waktunya; dan (i) menghormati perbedaan individu.
2.
Keterampilan kooperatif tingkat menengah
Meliputi: (a) menunjukkan penghargaan
dan simpati; ( b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat
diterima; (c) mendengarkan dengan aktif; (d) bertanya; (e) membuat ringkasan;
(f) menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir; (h) menerima, tanggung jawab;
(i) mengurangi ketegangan
3.
Keterampilan kooperatif tingkat mahir
Meliputi: (a) mengelaborasi; (b)
memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan kebenaran; (d) menetapkan tujuan; (e)
berkompromi
4.
Tingkah Laku mengajar ( Sintaks)
Terdapat enam langkah utama atau
tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembeiajaran kooperatif, pelajaran
di mulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa
belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan
bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim tim
belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk
menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif
meliputi presentase hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang
telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha usaha kelompok
maupun individu.
B.
Hasil Belajar
Dalam Kamus Bahasa
Indonesia, hasil adalah sesuatu yang di dapat dari jeri payah yang dilakukan,
sedangkan belajar adalah berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu
keterampilan.
Menurut Skinner, belajar adalah proses perubahan tingkah laku
yang harus terukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka
respon bertambah, tetapi bila tidak belajar maka responpun berkurang, sehingga
secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur.
Menurut Gagne (1972) belajar memberi kontribusi terhadap
adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga
perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang
kumulatif (Gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan
proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefenisikan dengan mudah,
karena belajar bersifat kompleks.
Gagne (1972) mendefenisikan belajar adalah mekanisme dimana
seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi
itu meliputi skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang
diperlukan oleh manusia sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam
tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas (outcome).
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interaksi yang
terus-menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif
Piaget adalah perkembangan secara alami pembelajar mulai anak-anak sampai
dewasa.
C.
Pembelajaran Matematika
1.
Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama
Kata
pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran sama berasal dari bahasa
Latin fractio yang berarti memecah menjadi bagian‐bagian yang lebih kecil.
Sebuah
pecahan mempunyai 2 bagian yaitu pembilang dan penyebut yang penulisannya
dipisahkan oleh garis lurus dan bukan
miring
=
penjumlahan pecahan berpenyebut sama dapat diperoleh hasilnya
dengan menjumlah pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.
Contoh
penjumlahan berpenyebut sama :
1.
+
=
= 1
2.
3
+ 4
= 7
2.
Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Beda
penjumlahan pecahan berpenyebut beda/tidak sama dapat
diperoleh hasilnya dengan menyamakan penyebutnya terlebih
dahulu.
Untuk
mempelajari materi penjumlahan pecahan berbeda penyebut, ada beberapa syarat
yang harus dikuasai siswa, antara lain:
•
Penjumlahan pecahan berpenyebut sama
•
Pecahan Senilai
•
KPK
Kunci untuk menentukan penyebut persekutuan
dari penjumlahan beberapa pecahan berbeda penyebut adalah:
1.
Bila masing-masing penyebut merupakan bilangan
prima, misal 2, dan 5. maka penyebut
persekutuannya adalah perkalian dari ke tiga bilangan tersebut, yaitu 2
x 5 = 10
2.
Bila penyebut yang satu merupakan kelipatan
dari penyebut yang lain atau penyebut yang satu dapat dibagi oleh penyebut
yang lain, misal 2,4 dan 8. Maka penyebut persekutuannya adalah penyebut yang
paling besar. Karena 8 dapat dibagi 2 dan 8 dapat dibagi 4.
3.
Bila penyebut dari masing-masing pecahan yang dijumlah tidak memenuhi kedua persyaratan diatas, maka kita menggunakan pendekatan KPK, baik dengan menggunakan
pohon faktor atau melipatkan
bilangan itu sendiri.
Contoh soal penjumlahan pecahan yang
berpenyebut beda :
1.
+
=
=
=
=
=
2.
2
+ 3
= (2 +
3) +
+
) = 5
= 5 + 1
=
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Researh).
Tindakan yang diberikan adalah proses pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dibagi dalam dua siklus dengan empat
tahapan, yaitu (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c)
observasi dan evaluasi dan (d) refleksi .
B.
Lokasi dan
Subjek Penelitian
Penelitian ini
berlokasi di SD kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa dengan subjek penelitian adalah Siswa kelas V dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari : laki-laki 12 orang dan perempuan 13 orang pada semester ganjil tahun ajaran
2010/2011.
C. Faktor
yang Diteliti
Hal-hal yang
ingin dikumpulkan sebagai data dasar yang selanjutnya dianalisis adalah:
1.
Faktor input : Melihat
kehadiran,kerjasama siswa, keaktifan siswa serta kemampuan siswa dalam menjawab
soal pada materi penjumlahan pecahan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD
2.
3.
Faktor Output : Melihat
bagaimana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran cooperatipe STAD
pada pelajaran matematika mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang diperoleh
dari setiap siklus yang dilakukan.
D.
Rencana Tindakan
Penelitian tindakan ini direncanakan terdiri dari
dua siklus. Kedua siklus ini merupakan rangkaian kegiatan yang saling
berkaitan, artinya pelaksanaan siklus II merupakan lanjutan dan perbaikan
berdasarkan refleksi dari siklus I.
Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan
dan Siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Untuk dapat mengetahui
hasil belajar matematika siswa kelas V SD maka sebelumnya diberikan tes awal
dan hasilnya dijadikan sebagai skor dasar. Setelah itu barulah dilakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Secara rinci kedua siklus tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
Siklus I
Sesuai dengan kriteria
penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research), maka pelaksanaan siklus I ini dibagi 2 tahap yaitu (a)
perencanaan tindakan atau rancangan tindakan (planning), (b) pelaksanaan
tindakan (acting), (c) observasi dan
evaluasi dan (d) refleksi (reflecting).
1. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan yang dilakukan pada siklus I ini adalah
sebagai berikut:
a.
Menelaah kurikulum SD
kelas V pada mata pelajaran matematika.
b.
Membuat model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Menyatakan kegiatan atau
topik utama pembelajaran yang diberikan, berupa standar kompetensi, kompetensi
dasar, kelas/semester dan alokasi waktu.
2)
Menyatakan tujuan umum
pembelajaran (indikator pencapaian hasil belajar).
3)
Merinci media untuk
mendukung pembelajaran atau topik tersebut. Dalam hal ini media yang akan
digunakan adalah media LCD yang isinya mencakup materi yang akan disajikan.
4)
Membuat skenario pembelajaran atau Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c.
Menyiapkan media /alat
bantu yang digunakan dalam pembelajaran.
d.
Menyiapkan pembentukan
kelompok-kelompok kecil untuk kerja kelompok, dengan menggunakan model
pembelajaran tipe STAD. Pada pembentukan kelompok siswa dibagi menjadi 4
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 orang, yang dibagi
berdasarkan nomor urut absen.
e.
Membuat pedoman observasi
untuk merekam proses pembelajaran dikelas.
f.
Membuat soal-soal yang
disusun berdasarkan materi –materi yang telah diajarkan.
2. Tahap tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah kegiatan belajar mengajar dan
mengimplementasikan soal-soal yang telah dipersiapkan, baik dalam proses
belajar mengajar di kelas maupun pada pemberian tugas kurikuler.
Gambaran umum yang dilakukan adalah :
a.
Pada awal setiap
pertemuan, hal yang pertama dilakukan adalah memberikan penjelasan singkat
tentang materi yang dipelajari dengan
mengkaitkan dengan kehidupan nyata siswa atau kehidupan sehari-hari serta
memperlihatkan gambar yang ada di LCD.
b.
Setelah guru menjelaskan,
siswa diberikan tugas sesuai dengan bahan yang telah dikembangkan, baik secara
individual maupun secara kelompok. Pada pembentukan kelompok siswa dibagi
menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 orang yang dibagi berdasarkan nomor urut
absen.
c.
Tiap pertemuan guru
mencatat semua kejadian yang dianggap penting seperti kehadiran siswa,
keaktifan dalam mengerjakan tugas, bertanya,
memberikan tanggapan, serta keseriusan dalam kerjasama dengan kelompoknya.
d.
Memberi tes akhir siklus I
e.
Melakukan penilaian terhadap
hasil belajar siswa, dengan berbagai cara seperti pengukuran proses bekerja, hasil
karya, penampilan, PR, kuis, hasil tes tulis dan demonstrasi.
3. Tahap observasi dan Evaluasi
Pada tahap penulis melakukan observasi terhadap
pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat
serta melaksanakan evaluasi. Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Data hasil observasi yang meliputi kehadiran siswa,
kerjasama, keaktifan siswa baik dalam bertanya atau memberi tanggapan, menjawab
pertanyaan guru atau teman, mengerjakan tugas, tampil menyelesaikan soal
latihan di papan tulis dengan benar, siswa yang melakukan kegiatan diluar
proses belajar mengajar, siswa yang memerlukan bimbingan dalam mengerjakan
soal, siswa yang meminta untuk
dijelaskan kembali konsep yang telah dibahas dan kerjasama dengan kelompoknya.
Evaluasi selanjutnya dilaksanakan pada akhir siklus I
dengan memberikan tes tertulis. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur hasil
belajar siswa terhadap materi yang telah diperoleh selama siklus I berlangsung.
4. Tahap Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi
dikumpulkan dan dianalisis. Dari analisis tersebut peneliti merekfleksi diri
dan melihat kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan apakah berhasil atau tidak.
Adapun hal-hal yang sudah baik agar tetap dipertahankan sedangakan yang belum
berhasil ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.
SIKLUS II
Siklus dilaksanakan
sebanyak empat kali pertemuan. Pada dasarnya hal yang dilakukan pada siklus II
ini adalah mengulangi tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus I. Disamping
itu akan dilaksankan juga sejumlah rencana baru untuk memperbaiki, merancang
tindakan baru sesuai dengan pengalaman dari hasil refleksi yang diperoleh pada
siklus I.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1.
Data mengenai tingkat hasil belajar siswa terhadap
materi pelajaran setelah diadakan tindakan, dikumpulkan dengan menggunakan tes
pada akhir setiap siklus dalam bentuk ulangan harian.
2.
Data mengenai proses belajar mengajar dalam hal
kehadiran dan keaktifan siswa untuk tiap pertemuaan diambil dengan menggunakan
lembar observasi.
F.
Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk analisis secara kuantitatif
digunakan statistik deskripsi yaitu skor rata-rata dan persentase. Selain itu
ditentukan pula standar deviasi, tabel frekuensi, nilai minimum, dan maksimum
yang diperoleh dari setiap siklus.
Adapun untuk
keperluan analisis penguasaan siswa digunakan
standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal ) yaitu 60
1. Tingkat
penguasaan < 60 dikategorikan ”tidak tercapai”.
2. Tingkat
penguasaan = 60 dikategorikan ” tercapai”.
3. Tingkat
penguasaan > 60 dikategorikan ”terlampaui”.
Untuk menganalisis
data hasil observasi digunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Kriteria
penilaian pada data observasi yaitu
kehadiran, menanggapi pertanyaan guru,
pertanyaan teman, mengajukan pertanyaan, kerjasama dengan kelompok,
membuat kesimpulan, dan mengumpulkan
tugas.
G.
Indikator Kinerja
Kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini
adalah apabila terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas V SD Kecamatan
Bontomarannu Kabupaten Gowa, terhadap bahan ajar setelah diberikan pembelajaran
dengan menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, baik ditinjau dari
hasil tes setiap akhir siklus maupun dari data hasil observasi dalam mengikuti
proses pembelajaran
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas
tentang hasil-hasil penelitian, data-data hasil penelitian yang diperoleh,
dianalisis dan dibahas.
Adapun yang dianalisis adalah deskriptif mengenai perubahan hasil belajar
siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD pada siklus I dan siklus II berdasarkan hasil tes pada tiap akhir
siklus. Disamping itu akan dianalisis pula refleksi terhadap pelaksanaan
tindakan dalam proses belajar mengajar matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada tahap ini pula penulis menganalisis
perubahan sikap siswa berdasarkan hasil pengamatan dan observasi maupun
refleksi.
A. Analisis
kuantitatif
1.
Analisis Deskriptif Hasil Belajar
Siswa Pada Tes Awal Siklus
Tes awal yang
dilakukan peneliti bertujuan untuk memperoleh gambaran awal tentang hasil
belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Tes awal ini akan dijadikan acuan
untuk melihat sejauh mana keberhasilan metode pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Adapun hasil analisis statistik deskriptif pada skor hasil belajar siswa
kelas V SD sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel4.1. Statistik Skor Hasil
Belajar Siswa Kelas V SD Kecamatan Bontomarannu Sebelum dilakukan Pembelajaran model
kooperatif tipe STAD
Statistik
|
Nilai Statistik
|
|
Subyek
|
25,00
|
|
Skor Ideal
|
100,00
|
|
Skor Tertinggi
|
||
Skor Terendah
|
40,00
|
|
Rentang Skor
|
50,00
|
|
Rata-rata Skor
|
59,60
|
|
Median
|
60
|
|
Modus
|
60
|
Pada tabel 4.1.
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika sebelum
dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Rata-rata skor yang dicapai siswa tidak mencapai nilai KKM yaitu 60. Rentang
skornya juga masih tinggi.
Dari data tabel
4.1, jika skor hasil belajar responden dikelompokkan kedalam 3 kategori, maka
diperoleh distribusi frekuensi skor yang disajikan sebagai berikut:
Tabel4.2. Distribusi
Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Kecamatan
Bontomarannu Sebelum dilakukan Pembelajaran model kooperatif tipe STAD
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
< 60
|
Tidak tercapai
|
5
|
20,0
|
= 60
|
Tercapai
|
13
|
52,0
|
> 60
|
Melampaui
|
7
|
28,0
|
Jumlah
|
25
|
100,0
|
Pada tabel 4.2. terlihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika sebelum dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
menunjukkan bahwa dari 3 kategori yang ada, kategori tidak tercapai terdapat 16 % , yang frekuensinya melampaui
sekitar 48 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1.
2.
Analisis Deskriptif Hasil Belajar
Siswa Pada Tes Siklus I
Gambar 4.1. Tingkat Hasil Belajar Siswa pada Tes Awal Siklus
Hasil analisis
statistik deskriptif pada skor hasil belajar siswa kelas V SD setelah dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel4.4. Statistik Skor Hasil
Belajar Siswa Kelas V SD Kecamatan Bontomarannu Setelah Dilakukan Pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap materi penjumlahan pecahan
biasa berpenyebut sama dan beda
Statistik
|
Nilai Statistik
|
Subyek
|
25,00
|
Skor Ideal
|
100,00
|
Skor Tertinggi
|
100,00
|
Skor Terendah
|
40,00
|
Rentang Skor
|
60,00
|
Rata-rata Skor
|
68,00
|
Median
|
60
|
Modus
|
60
|
Tabel 4.4.
menunjukkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika setelah dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tabel
tersebut mengindikasikan adanya peningkatan dimana pada awal siklus rata-rata
skor 64,00 menjadi 68,00 pada siklus I ini.
Dari data Tabel
4.4, jika skor hasil belajar responden dikelompokkan kedalam 3 kategori, maka
diperoleh distribusi frekuensi skor yang disajikan sebagai berikut:
Tabel4.5. Distribusi Frekuensi
Dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Kecamatan Bontomarannu
Setelah Dilakukan Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD Terhadap
Materi penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama dan beda Siklus I
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
< 60
|
Tidak tercapai
|
2
|
8,0
|
= 60
|
tercapai
|
11
|
44,0
|
> 60
|
melampaui
|
12
|
48,0
|
Jumlah
|
25
|
100,0
|
Dari tabel 4.5. terlihat bahwa hasil belajar siswa bervariasi dan pada
umumnya kemampuan hasil belajar siswa sudah meningkat yang pada awal siklus ke siklus
I . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. 3.
Gambar.3
Tingkat Hasil Belajar Siswa pada Tes Siklus I
3.
Analisis Deskriptif Hasil Belajar
Siswa Pada Tes Siklus II
Hasil analisis
statistik deskriptif pada skor hasil belajar siswa kelas V SD Kecamatan Bontomarannu
setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD terhadap materi penjumlahan pecahan campuran berpenyebut sama dan
beda pada siklus II
dapat dilihat pada tabel.7.
Tabel4.7. Statistik Skor Hasil Belajar
Siswa Kelas V SD Kecamatan Bontomarannu Setelah Dilakukan Pembelajaran dengan
model kooperatif tipe STAD Terhadap Materi penjumlahan pecahan campuran berpenyebut sama dan beda Pada
Siklus II
Statistik
|
Nilai Statistik
|
Subyek
|
25,00
|
Skor Ideal
|
100,00
|
Skor Tertinggi
|
100,00
|
Skor Terendah
|
40,00
|
Rentang Skor
|
60,00
|
Rata-rata Skor
|
79,20
|
Median
|
60
|
Modus
|
80
|
Tabel 4.7.
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan
dibanding pada siklus I yang rata-rata skornya 68,00 menjadi 79,20 pada siklus II.
Berdasarkan data Tabel
4.7, jika skor hasil belajar responden dikelompokkan kedalam 3 kategori, maka
diperoleh distribusi frekuensi skor
sebagai berikut:
Tabel4.8. Distribusi
Frekuensi Dan Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Kecamatan Bontomarannu
Setelah Dilakukan Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD Terhadap Materi penjumlahan pecahan campuran berpenyebut sama dan
beda Pada Siklus II
Skor
|
Kategori
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
< 60
|
Tidak tercapai
|
2
|
8,0
|
= 60
|
tercapai
|
11
|
16,0
|
> 60
|
melampaui
|
12
|
76,0
|
Jumlah
|
25
|
100,0
|
Dari tabel 4.8. terlihat bahwa hasil belajar siswa bervariasi dan pada
umumnya kemampuan hasil belajar siswa lebih meningkat lagi dari siklus I ke
siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.5.
.
Gambar 4.5. Tingkat Hasil
Belajar Siswa pada Tes Siklus II
B. Analisis Kualitatif
1.
Refleksi Terhadap Pelaksanaan Tindakan Dalam
Proses Belajar Mengajar Matematika
a.
Refleksi siklus I
Siklus I terdiri dari 2 (dua) kali
pertemuan dengan materi penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama dan beda.
Materi disajikan diawali dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan keadaan
sekitar, kemudian menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar agar siswa
mengetahui apa yang ingin dicapai pada materi tersebut. Setelah itu penulis
menjelaskan materi secara singkat dan mengaitkannya dengan contoh benda yang
ada dalam kehidupan sehari-hari. Dan mengelompokkan siswa dan membagikan LKS
untuk setiap kelompok. Kemudian setelah itu diberikan kuis dan dikerjakan
secara individu, Kemudian evaluasi .
Pada pertemuan
kedua dan berikutnya, Materi disajikan diawali dengan mengaitkan materi yang
akan dipelajari dengan materi sebelumnya, kemudian menyampaikan indikator
pencapaian hasil belajar agar siswa mengetahui apa yang ingin dicapai pada
materi tersebut. Setelah itu penulis menjelaskan materi secara singkat dan
mengaitkannya dengan contoh benda yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dan
mengelompokkan siswa dan membagikan LKS untuk setiap kelompok. Kemudian setelah
itu diberikan kuis dan dikerjakan secara individu, kemudian evaluasi,
menyimpulkan materi, memberikan penguatan .
Pada siklus I ini
apa yang ingin dicapai oleh peneliti telah tercapai, misalnya meningkatnya
rata-rata hasil belajar siswa terhadap matematika yang terlihat pada tabel 4.5
dan Gambar 4.3 tapi masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki pada siklus
berikutnya.
Adapun hal-hal
yang perlu diperbaiki pada siklus II antara lain :
1.
Pada siklus I siswa dikelompokkan menurut absen,
ternyata nilainya tidak optimal sehingga pada siklus II pengelompokan diubah
berdasarkan hasil tes siklus I. Siswa tetap dibagi dalam 4 kelompok dan pada
setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah.
2.
Pada siklus I beberapa siswa belum menguasai
cara menyamakan penyebut dengan KPK dan pecahan senilai, sehingga
pada siklus II materi itulah yang akan mendapat penekanan.
b.
Refleksi siklus II
Siklus II terdiri dari 2 (dua) kali
pertemuan dengan materi penjumlahan pecahan campuran yang berpenyebut sama dan
beda dengan mengaitkan materi yang akan
dipelajari dengan materi sebelumnya. Pada siklus ini penulis menekankan hal-hal
yang perlu diperbaiki seperti cara menyamakan penyebut dengan menggunakan KPK
dan pecahan senilai, kemudian penulis menyampaikan indikator pencapaian hasil
belajar agar siswa mengetahui apa yang ingin dicapai pada materi tersebut.
Pada pertemuan
pertama peneliti menjelaskan materi disajikan diawali dengan mengaitkan materi
yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya, kemudian menyampaikan indikator
pencapaian hasil belajar agar siswa mengetahui apa yang ingin dicapai pada
materi tersebut. Setelah itu penulis menjelaskan materi secara singkat dan
mengaitkannya dengan contoh benda yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Dan
mengelompokkan siswa dan membagikan LKS untuk setiap kelompok. Kemudian setelah
itu diberikan kuis dan dikerjakan secara individu, kemudian evaluasi,
menyimpulkan materi, memberikan penguatan
.
Pada siklus II
ini, pada umumnya siswa lebih bersemangat lagi dengan model pembelajaran dengan
cara berkelompok sehingga siswa dapat saling berdiskusi dan bertukar pikiran
dalam memahami materi dan memecahkan atau menyelesaikan soal matematika.
Pada siklus II ini
apa yang ingin dicapai oleh peneliti tercapai. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya rata-rata hasil belajar siswa.
2.
Perubahan Sikap Siswa
Disamping
terjadinya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II,
tercatat pula sejumlah perubahan sikap
yang terjadi pada siswa. Perubahan tersebut merupakan data kualitatif dan
dicatat oleh peneliti dalam lembar observasi tiap siklus. Adapun
perubahan-perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1.
Pada siklus I kehadiran siswa sudah bagus begitu juga
pada siklu II.
2.
Pada siklus I siswa masih malu-malu dalam bertanya kepada
guru tentang masalah yang terkait dengan apa yang disajikan guru sedangkan pada
siklus II siswa sudah berani untuk bertanya guru tentang masalah yang terkait
dengan apa yang disajikan guru.
3.
Pada siklus I interaksi siswa dengan sumber
belajar/media sudah baik sedangkan pada siklus II interaksi siswa dengan sumber
belajar/media jauh lebih baik dari siklus I.
4.
Pada siklus I semua siswa aktif melakukan kegiatan
fisik dan mental (berpikir), begitu juga pada siklus II.
5.
Pada siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat, itu
dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada siklus I 68,00 menjadi 79,00 pada
siklus II.
Peneliti menyadari
bahwa untuk menumbuhkan minat siswa dalam belajar matematika perlu dirancang
model pembelajaran yang sesuai dengan situasi keadaan siswa, yang terpenting
juga adalah membelajarkan siswa antusias, keberanian mengungkapkan gagasan, ide
dan pemikiran serta meningkatkan hasil belajar matematika. Adanya peningkatan
hasil belajar matematika pada siklus II tersebut menunjukkan bahwa banyak
kemajuan yang dicapai oleh siswa setelah dilaksanakan pembelajaran model
kooperatif tipe STAD.
Uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkann
hasil belajar siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dipaparkan di depan , penulis menarik kesimpulan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe STAD mata pelajaran metematika pada materi penjumlahan pecahan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kesimpulan ini diambil setelah melihat
data sebagai berikut:
1.
Pada awal siklus atau sebelum dilakukan pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, skor rata-rata hasil
belajar siswa adalah 64,00. Sementara skor ideal yang mungkin dicapai siswa
adalah 100,00.
2.
Pada siklus I atau setelah dilakukan pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, skor rata-rata hasil
belajar siswa pada pokok bahasan penjumlahan pecahan biasa yang berpenyebut
sama dan beda adalah 68,00 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100,00.
3.
B.
SARAN
Adapun saran-saran
yang penulis ajukan setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
1.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika, diharapkan guru mata pelajaran matematika menerapkan
metode mengajar yang mudah diterima oleh siswa.
2.
Diharapkan kepada guru mata pelajaran matematika dalam
memberikan soal-soal latihan kepada siswa, hendaknya soal-soal tersebut
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa merasa bahwa matematika
itu memang sangat penting dalam kehidupan mereka.
3.
Kepada pihak sekolah agar memaksimalkan sarana dan
prasarana yang ada disekolah. Khusus untuk buku-buku yang berkaitan dengan
matematika lebih diperhatikan lagi,
demikian pula pengadaan alat peraga yang sangat membantu siswa dalam
memahami pelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Aderusliana.2003.
http://blogs.unpad.ac.id/aderusliana Teori Belajar,(online), diakses 21
Juli 2008
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran. Bandung : Kencana.
Wahyusuryaningsi.2008.http://luar
sekolah.blogspot.com,(online), diakses tanggal 20 januari 2011
Saha.2010/2011.www.sahaptk.blogspot.com
Bagi yang mau copy... tinggalkan komennya.. yaa?
BalasHapusizin copy ya
Hapusijin copy gan. terimakasih
Hapusijin copy bosque.. suksesterus...
HapusMohon Izin Copy Gan
Hapusbagaimana cara mengkopynya......?
BalasHapusSangat bermanfaat postingannya
BalasHapussalam sukses maju terus
ana copy ya min. sebagai contoh penelitian. makasih.
BalasHapussangat bermanfaat... makasih ya....
BalasHapusgwa copy gan
BalasHapuscopy ggannn
BalasHapuscopy ggannn
BalasHapusijin copy
BalasHapustq....sangat bermanfaat....
BalasHapusIJIN COPI YA....
BalasHapusKAREANA SANGAT BERMANFAAT BUAT SAYA SEBAGAI GURU MATEMATIKA DI SD.
copy yaa
BalasHapuscopy yaa
BalasHapusijin copy yah
BalasHapusijin copy yah
BalasHapusizin copy makasih
BalasHapusizin copy gan, makasih
BalasHapusizin copy sebagai referensi
BalasHapusizin copy sebagai referensi
BalasHapusizin copy sebagai referensi
BalasHapusijin copy buat bahan rujukan
BalasHapusijin copy buat bahan rujukan
BalasHapusbaguss...mohon ijin copi yaa...??
BalasHapusizin copy yaa
BalasHapussilahkan yang membutuhkan ratusan ptk dan pts bisa hubungi 085793794220
BalasHapusthnk moga suskes
BalasHapusthnk mga sukses
Hapusthnk moga suskes
BalasHapusijin copy ya min
BalasHapusSilahkan yang membutuhkan contoh PTK / PTS Lengkap dengan berbagai Macam Model Dan Metode Pembelajaran yang bisa digunakan sebagai referensi dalam pembuatan karya ilmiah dan juga sebagai referensi untuk kenaikan pangkat, bapak/ibu guru tidak usah bingung dengan teori teori model dan metode pembelajaran, semua tingkat ada, Insya Alloh sangat bermanfaat. Untuk Pemesanan Bisa hubungi 085797510051
BalasHapusMau dong............................
BalasHapusizin copy ya. terimakasih
BalasHapusmantap, terimakasih
BalasHapusizin copi gan, makasih ya
BalasHapusijin copy ya...makasi
BalasHapusTERIMA KASIH CONTOH PTK NYA SANGAT MEMBANTU SAYA
BalasHapusijin copy ya bang
BalasHapusIjin copiCya
BalasHapusmakasih saya sudah mengkopynya
BalasHapusIjin copy
BalasHapusPTK yg bagus, ..........boleh copy
BalasHapuscofy gmana ,,please
BalasHapusizin copy ya, ini sangat bermamfaat
BalasHapusMANTAP IJIN COPY YA
BalasHapusizin kopy ya, tmks
BalasHapusIzin copy 🙏 terimakasih semoga yg punya file nih sehat selalu 🤲
BalasHapusIZIN COPY
BalasHapusizin copy kakak
BalasHapusijin copy ya kak
BalasHapus